LINGKUNGAN DAN DIARE YANG MENGUNDANG KEMATIAN
Diare (Diarrhea) merupakan salah satu penyakit yang dapat bersifat akut dan kronis. Namun secara spesifik penanganan diare akut dan kronis harus dapat dilakukan secara tepat agar tidak menimbulkan komplikasi kesehatan bahkan kematian bagi penderitanya. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang disebabkan pertumbuhan jumlah koloni bakteri pada saluran pencernaan berkembang tidak terkendali sehingga tubuh memberikan respon berupa gangguan kesehatan yang menyerang saluran pencernaan. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik, maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Sanitasi didefenisikan sebagai
pengawasan faktor-faktor dalam lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan
pengaruh yang merugikan terhadap perkembangan jasmani, maka berarti pula suatu
usaha untuk menurunkan jumlah penyakit manusia sedemikian rupa sehingga derajat
kesehatan yang optimal dapat dicapai,
sanitasi dititikberatkan pada usaha pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang memengaruhi derajat kesehatan manusia,
yang lebih mengutamakan usaha pencegahan penyakit yang berasal dari lingkungan
untuk menghindari munculnya penyakit.
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000, memperoleh gambaran bahwa
presentase keluarga yang menggunakan air bersih di Indonesia untuk pedesaan 78,8%.
Untuk pedesaan cakupan air bersih sebesar 68,8% dan perkotaan sebesar 91,10%.
Penggunaan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan di pedesaan sebesar
62,70%. Untuk pedesaan cakupan sebesar 52% dan perkotaan sebesar 77,4%. Ini
berarti di Indonesia masyarakat mempunyai tempat buang air besar yang tidak
layak sebesar 37,30%. Dimana konsumsi
air bersih dan ketersediaan jamban merupakan salah satu faktor resiko penyebab
timbulnya penyakit diare.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2007,di Kabupaten Muna dapat
diidentifikasi 10 (sepuluh) jenis penyakit terbesar yaitu Diare, Influenza, Malaria
klinis, Hipertensi, Diare
berdarah, Pneumonia, Thypus
perut klinis, tersangka
TBC Paru,TBC Paru BTA (+) dan
Diabetes Melitus.yang menjadi urutan pertama dengan angka kejadian tertinggi yaitu penyakit Diare. Hal ini
menunjukkan bahwa
Pada negara
maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris
1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang
pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian
diare di negara barat ini disebabkan oleh karena foodborne infections dan waterborne
infections yang disebabkan oleh bakteri salmonella
spp, campylobacter jejuni, stafilococcus aureus, bacillus cereus, clostridium
perfringens dan enterohemorrhagic escherishia
coli (EHEC). Diare
infeksi di negara berkembang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk
setiap tahun. Di Afrika, anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap
tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya yang mengalami serangan diare 3
kali setiap tahun. Diare pada Negara
berkembang sebagian besar dipengaruhi karena buruknya sanitasi lingkungan serta
rendahnya pola hidup bersih dan sehat yang diterapkan sehingga kejadian diare kerap mengahantui dari tahun ke tahun.
Menurut hasil penelitian badan PBB yang dilakukan Yong
tahun 2009 untuk kesejahteraan anak, penyakit diare membunuh sekitar 1,5 juta
anak di Negara-negara berkembang setiap tahunnya. Menurut laporan tersebut, ada
15 negara penyumbang angka kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun yang tinggi
akibat diare. Jumlah tersebut hampir 75% dari total kematian anak di seluruh
dunia.
Data yang dihimpun Departemen kesehatan pada taun 2008
angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau
sekitar 460 balita setiap harinya. Menurut
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), diare merupakan penyebab
kematian nomor dua pada balita dan nomor
tiga pada bayi serta nomor lima pada semua umur. Setiap anak di Indonesia
mengalami episode diare sebanyak 1,6 -2 kali per tahun.
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 dan jumlah ini
meningkat jika dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya
yaitu 1.426 orang. Diawal tahun 2006, tercatat 2,159 orang di Jakarta yang
dirawat di rumah sakit akibat menderita diare.
Dalam
misi Indonesia sehat 2010,
lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif yaitu lingkungan yang bebas
dari polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai, dimana sanitasi
lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang mempelajari
tentang semua aspek lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Namun tingginya prevalensi angka kejadian diare salah
satunya dapat menjadi sebuah tolak ukur bahwa misi Indonesia sehat 2010 belum
terwujd secara maksimal. Hal ini diprediksi akibat perubahan serta rusaknya
lingkungan sebagai tempat hidup dan berkembang nya manusia. Kesehatan
lingkungan dalam hal ini adalah sanitasi memiliki hubungan timbal balik antara
manusia yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Nursrifa (2003) menyatakan Masih tingginya angka kesakitan akibat
penyakit menular di Indonesia antara lain sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan fisik, biologis dan lingkungan sosial, misalnya penyakit infeksi
karena bakteri, virus, parasit yang umumya tumbuh subur pada iklim tropis yang
lembab dan kotor. Terbatasnya sarana penyedian air bersih,
sarana pembuangan tinja, sampah dan air limbah serta kurangnya kesadaran akan
pentingnya kebersihan lingkungan, rumah sakit merupakan pendorong timbulnya
berbagai jenis penyakit.
Pentingnya
lingkungan yang sehat telah dibuktikan WHO dengan penyelidikan-penyelidikan
diseluruh dunia dimana didapatkan hasil bahwa angka kematian (mortality) angka
perbandingan orang sakit (morbidity) yang tinggi serta seringnya terjadi
epidemi, terdapat ditempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungannya
buruk,yaitu tempat-tempat dimana terdapat banyak lalat.nyamuk, pembuangan
kotoran,dan sampah yang tidak teratur, air rumah tangga yang buruk, perumahan
yang terlalu sesak dan keadaan sosial ekonomi yang buruk.
Lingkungan dan penyakit
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan (sanitasi) yang buruk
dapat menguatkan patogen penyakit begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu pengaruh mengenai segi-segi
penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat
berperan dalam setiap upaya kesehatan secara kelompok dalam masyarakat. Kondisi
kesehatan individu dan masyarakat dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. kualitas lingkungan yang buruk merupakan
penyebab timbulnya berbagai gangguan pada kesehatan masyarakat.untuk mewujudkan
status kesehatan masyarakat yang optimum diperlukan suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang juga optimum.
By : M. Rekar Sudirman
By : M. Rekar Sudirman
Komentar
Posting Komentar