PENGUKURAN TINGKAT KECEMASAN
(part 2)
Pada materi
sebelumnya kita telah mengenali apa itu perasaan cemas atau kecemasan, dimana
umumnya rasa cemas timbul karena adanya perasaan tekanan atau ketidaknyamanan
dalam menghadapi sesuatu. Walaupun kecemasan memiliki sifat yang mengarah pada
penilaian subjektif, namun cemas dapat diukur dengan melihat beberapa tanda dan
perubahan yang terjadi ada tubuh.
Menurut
Hawari (2011), tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
(instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Axiety (HRS-A),
yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah sebagai berikut :
1)
Perasaan
cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
2)
Ketegangan
: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut,
mudah menangis, gemetar dan gelisah.
3)
Ketakutan
: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada
keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.
4)
Gangguan
tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak,
bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.
5)
Gangguan
kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.
6)
Perasaan
depresri (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7)
Gejala
somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemerutuk dan suara tidak stabil.
8)
Gejala
somatik/ fisik (sensorik) : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur,
muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
9)
Gejala
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) : takikardi (denyut jantung cepat),
berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/ lemas seperti
mau pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti sekejap.
10) Gejala respiratori (pernafasan) : rasa
tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas pendek/
sesak.
11) Gejala gastrointestinal (pencernaan) :
sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB
konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat badan.
12) Gejala urogenital (perekmihan dan
kelamin) : sering buang air kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan
(tidak dapat haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid
berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
menjadi dingin,ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.
13) Gejala autoimun : mulut kering, muka
merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa
sakit dan bulu-bulu berdiri.
14) Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak
tenang, jari gemetar, kening/ dahi berkerut, wajah tegang/ mengeras, nafas
pendek dan cepat serta wajah merah.
Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, dengan penilaian
sebagai berikut :
Nilai 0 = tidak ada gejala
(keluhan)
Nilai 1 = gejala ringan
Nilai 2 = gejala sedang
Nilai 3 = gejala berat
Nilai 4 = gejala berat
sekali/ panik.
Masing
masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan
dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang,
yaitu : total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan
ringan, 21-27 = kecemasan sedang, 28-41 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan
berat sekali (Hawari, 2001).
4. Rentang
Respon Kecemasan
Menurut
Stuart (2012), rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara
respon adaptif dan maladaptive.
Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga
untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang
paling maladaptive adalah panik
dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi
sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif. Respon Adaptif,
Respon Maladaptif, Antisipasi Ringan Sedang Berat Berat Sekali.
Jadi ketika
perasaan cemas mulai datang, usahakan individu untuk dapat mengendalikan
perasaan tersebut, dengan cara berusaha untuk menjauhi serta mengalihkan diri
terhadap sumber-sumber kecemasan tersebut baik dilakukan sendiri ataupun dengan
bantuan orang lain. Dengan mengetahui tindakan pengukuran kecemasan tidak ada
salahnya untuk sesekali mengukur tingkat kecemasan agar dapat memanajemen diri
agar terhindar dari perasaan cemas yang berlebihan, yang justru dapat merusak
atau mengganggu diri sendri.
Komentar
Posting Komentar