MENGENALI RESIKO DIABETES DAN PENCEGAHANNYA
(Part II)
Faktor Resiko Kejadian Prediabetes dan
Diabetes Mellitus (DM)
Faktor risiko kejadian
Prediabetes sama dengan faktor risiko pada Diabetes melitus tipe 2 karena Prediabetes
merupakan tahap awal untuk menjadi penyakit Diabetes. Yang et al (2015) menyatakan faktor risiko dari Prediabetes adalah
usia, Jenis kelamin, terdapat riwayat Diabetes Mellitus (DM) dalam keluarga
obesitas terutama obesitas sentral (penumpukan lemak pada bagian pusat tubuh(perut)),
minimnya aktivitas fisik yang dilakukan atau gaya hidup monoton, perilaku
merokok serta status sosial ekonomi. Sementara Dumbrava et al (2012) menyatakan Prediabetes dan diabetes mellitus dapat
juga terjadi karena stress psikologis yang dialami oleh seseorang dalam jangka
waktu yang lama. Menurut Pra-diabetes Konsensus yang
dikeluarkan oleh American College of
Endocrinology (ACE) dan American Association of Endocrinology Klinis
(AACE) pada tahun
2008, faktor risiko Prediabetes dan diabetes adalah riwayat
keluarga, penyakit jantung koroner, kegemukan dan obesitas,
gaya hidup tidak sehat dan
hipertensi. Sedangkan pedoman yang
dikeluarkan oleh Masyarakat Eropa
untuk Cardiology (ESC) dan Eropa Asosiasi
Studi Diabetes
(EASD) 2007, menyatakan
Prediabetes berhubungan
dengan beberapa kondisi, yaitu usia tua, obesitas, obesitas sentral, kurangnya aktivitas fisik,
kurangnya buah-buahan dan
konsumsi sayuran, riwayat keluarga dan hipertensi.
Beberapa
penelitian telah menguraikan hubungan antara beberapa faktor risiko dengan
kejadian Prediabetes maupun
diabetes tipe 2 berupa Indeks massa tubuh (BMI), profil lipid, hipertensi, merokok, aktivitas fisik,
pendidikan yang rendah, pola diet, riwayat DM
dalam keluarga, dan faktor risiko baru berupa gen tertentu yang paling sering didokumentasikan sebagai
faktor risiko diabetes tipe 2.
Beberapa penelitian menunjukkan risiko diabetes pada laki
dan perempuan sama, dan pada umumnya mereka berada pada kelompok umur 40-65
tahun. Setengah dari diabetes memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.
Dislipidemia dan hipertensi merupakan kondisi umum yang sering muncul bersamaan
dengan diabetes. Lebih dari 50% kasus diabetes juga menderita dislipidemia dan
hampir 48% mengalami hipertensi. Sebagian besar kasus setidaknya menderita
minimal satu komplikasi. Neuropati merupakan komplikasi yang paling umum
terjadi dan diperkirakan lebih dari 50%
subjek menunjukkan tanda-tanda gangguan neurologis . Komplikasi umum yang kedua
adalah retinofati dan nefropati dengan jumlah kasus lebih dari 30% (American
Diabetes Association (ADA) Diabetes Guidelines Summary Recommendations from
NDEI, 2016).
Berikut adalah gambaran tentang
beberapa faktor risiko Prediabetes maupun diabetes mellitus type II :
a.
Indeks Massa Tubuh
(IMT)
Beberapa studi longitudinal telah melaporkan bahwa
peningkatan Body Mass Index (BMI)/ Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan
faktor risiko yang kuat untuk
kejadian Prediabetes dan diabetes tipe 2. Adanya
sebuah hubungan positif yang kuat antara obesitas dan diabetes tipe 2
ditemukan resikonya baik pada pria
dan perempuan. Obesitas
dikaitkan dengan peningkatan risiko resistensi insulin. Pada individu
obesitas, jaringan adiposa(lemak) mengalami peningkatan
jumlah asam non-esterifikasi lemak, gliserol, hormon sitokin pro-inflamasi dan
faktor-faktor lain yang terlibat dalam pengembangan resistensi insulin.
Ketika resistensi insulin disertai dengan disfungsi sel
beta terjadi maka akan diikuti dengan penurunan
sekresi insulin yang
berdampak pada kegagalan fungsinya untuk
mengontrol glukosa darah dan
meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Beberapa gen
berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan obesitas. Gen yang bertanggung
jawab untuk obesitas dan resistensi insulin berinteraksi dengan faktor
lingkungan seperti peningkatan asupan lemak / kalori dan penurunan aktivitas fisik
yang mengakibatkan perkembangan obesitas dan resistensi insulin yang diikuti oleh
perkembangan penyakit
menjadi diabetes tipe 2
(Popa et al., 2012).
b.
Lipid (Lemak)
Kadar
Lemak darah telah
banyak dilaporkan sebagai faktor risiko pada
diabetes tipe 2
oleh beberapa studi prospektif. Hubungan terbalik antara tingkat High
Density Lippoprotein (HDL) dan risiko
diabetes tipe 2 telah didokumentasikan dalam beberapa penelitian. Beberapa
studi prospektif menemukan tingkat HDL yang rendah menjadi
faktor risiko yang lebih kuat untuk diabetes tipe 2 terutama pada wanita. Terdapat satu studi yang mengukur
trigliserida non puasa dan menemukan
risiko independen antara
diabetes tipe 2
dengan tingkat
trigliserida .
Kadar
Trigliserida dan HDL
yang rendah ditemukan pada sindrom
resistensi insulin, yang merupakan penyebab
prediabetis. Mekanisme
yang terjadi berupa peningkatan sirkulasi asam
lemak bebas karena meningkatnya kadar insulin serta peningkatan kilomikron yang disekresi dalam
usus, yang berdampak pada resistensi
insulin di usus. Studi cross sectional
menunjukkan bahwa BMI tinggi dikaitkan dengan tingkat kolesterol total dan trigliserida yang lebih tinggi
serta konsentrasi HDL
yang rendah. Studi
longitudinal telah menunjukkan perubahan BMI dari waktu ke waktu dalam nilai yang membaik dikaitkan dengan penurunan kolesterol total,
trigliserida, dan low density lipoprotein (LDL) serta peningkatan HDL
(Kansai et al., 2016).
c.
Hipertensi
Hioertensi
adalah salah satu tolak ukur kejadian diabetes dimana tekanan darah yang menunjukkan
diatas normal, karena terjadinya peradangan pada zat darah. Hipertensi
merupakan prediktor independen diabetes tipe 2. Disfungsi endotel bisa menjadi salah satu jalur
patofisiologi umum untuk
menjelaskan
hubungan antara tekanan darah dan insiden diabetes tipe 2. Tanda peradangan
seperti protein C-reaktif secara konsisten terkait dengan insiden diabetes tipe
2 melalui peningkatan tekanan darah sehingga peradangan menjadi faktor yang dapat
menjelaskan hubungan
antara tekanan darah, sindrom
metabolik, dan insiden diabetes tipe 2. Sebuah studi cross sectional dan kohort menunjukkan
hubungan yang kuat antara tekanan darah dan BMI dengan risiko diabetes tipe 2 (Hackwarth et al.,
2007).
d.
Merokok
Beberapa studi prospektif
melaporkan bahwa merokok adalah faktor risiko untuk perkembangan diabetes tipe 2. Sebuah studi meta-analisis yang
melibatkan 25 studi prospektif
menunjukkan bahwa merokok dikaitkan dengan 44% peningkatan risiko diabetes.
Hubungan antara merokok dan diabetes tipe 2 lebih kuat bagi perokok berat dengan
20 batang/hari dibandingkan dengan perokok ringan atau
mantan perokok. Selain
itu beberapa penelitian menemukan peningkatan risiko diabetes tipe 2
pada 2-3 tahun pertama setelah berhenti
merokok. Merokok menyebabkan resistensi insulin dan kurangnya
respon terhadap
sekresi insulin, selain itu perilaku
merokok ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah akibat zat-zat yang
terkadung masuk da mengalir di dalam darah, yang menyebbakan terganggunya metabolism
gula darah. Hal ini merupakan efek langsung dari nikotinat atau komponen lain dari
asap rokok terhadap sel
beta pankreas (Hackwarth et al., 2007).
e.
Kurang aktivitas
Aktivitas fisik menjadi faktor risiko yang kuat untuk
diabetes tipe 2. Perilaku sedentary seperti menonton televisi yang dilakukan dalam waktu yang
lama dilaporkan
berhubungan positif dengan
peningkatan risiko diabetes pada
laki-laki dan perempuan sedangkan aktivitas fisik sedang dan berat dikaitkan dengan rendahnya risiko diabetes tipe 2. Aktivitas fisik memainkan peran penting dalam menunda
atau mencegah perkembangan diabetes tipe 2 pada mereka yang berisiko baik
secara langsung dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi
resistensi insulin, serta secara tidak langsung dengan perubahan yang pada massa dan komposisi tubuh (Hackworth et
al., 2007)
f.
Pola Makan
Faktor gaya hidup yang penting terkait dengan
pengembangan diabetes tipe 2 adalah kebiasaan diet. Konsumsi
makanan dengan indeks glikemik yang lebih tinggi secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan risiko
diabetes tipe 2. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa konsumsi rutin nasi putih dikaitkan dengan peningkatan
risiko tipe diabetes 2 sedangkan pengganti nasi putih dengan nasi merah atau
lainnya biji-bijian
dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah. Studi prospektif
lain menemukan konsumsi lebih tinggi dari mentega, kentang dan susu untuk
dihubungkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. konsumsi yang lebih
tinggi dari buah-buahan dan sayuran dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes
tipe 2. Mekanisme yang mungkin disarankan adalah bahwa asupan serat larut
secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan sensitivitas insulin dan
menurunkan risiko
diabetes tipe 2.
g.
Genetik
Beberapa studi telah menemukan bahwa komponen genetik
memainkan peran penting dalam patogenesis diabetes tipe 2. Riwayat DM dalam keluarga meningkatkan risiko diabetes
tipe 2 dan risikonya menjadi lebih besar ketika kedua orang tua menderita
diebetes. Data dari beberapa penelitian mendukung bahwa faktor genetik menjadi
predisposisi perkembangan diabetes tipe 2 dengan
mengurangi sensitivitas insulin dan sekresi insulin.
Dampak Prediabetes
Prediabetes
yang tidak ditangani secara tepat akan berkembang menjadi diabetes mellitus tipe
II dan komplikasi lainnya. Hampir separuh dari mereka yang dengan IGT
berpotensi sebagai sindroma metabolik. Prediabetes berpotensi hampir dua kali
lebih tinggi mengalami risiko kardiovaskuler dibanding mereka tanpa IGT atau
IFG. Pada wanita dengan Prediabetes yang konversi menjadi diabetes memiliki
risiko kejadian kardiovaskuler 3 kali lebih sering dibanding mereka yang
menetap sebagai Prediabetes. Suatu studi menyimpulkan bahwa mereka dengan IGT,atau
IFG, atau sindroma metabolik mengalami konversi menjadi diabetes 8-10%
pertahun, sedangkan apabila memiliki ketiganya, lebih dari 10% pertahun.
Penelitian
sebelumnya melaporkan 5-14,0% per tahun TGT akan menjadi diabetes melitus,
selain itu ada juga yang melaporkan ± 30% menjadi DM setelah 5-6 tahun, 30%
menjadi normal dan 30% sisanya tetap menjadi TGT (Soewondo & Pramono ,
2011).
Pencegahan
Kejadian Prediabetes
Secara umum
penerapan pola hidup yang sehat secara efektif akan mencegah resiko kejadian
penyakit dan mengurangi resiko tingkat keparahannya. Secara spesifik pencegahan
Prediabetes dapat dilakukan melalui perubahan gaya hidup misalnya mengurangi
konsumsi beras putih atau dengan kata lain pangan sumber karbohidrat dapat
diganti dengan kadar glukosa yang lebih rendah dan serta yang tinggi (konsumsi
umbi-umbian, oat, beras merah, dan lain-lain), memperbanyak konsumsi sayur dan
buah, mengurangi konsumsi makanan/minuman manis terutama pada makanan cepat
saji/kemasan, menurunkan/mengontrol berat badan dengan memperbanyak aktivitas
fisik secara rutin, menurunkan tekanan darah, menghentikan rokok dan alkohol.
Perencanaan dan pengelolaan gizi yang baik bagi Prediabetes merupakan salah
satu langkah tepat untuk mencegah perkembangan penyakit menjadi diabetes.
Penerapan pola
makan seimbang terbukti dapat membantu mengurangi resiko tersebut, dengan
komposisi energi dan karbohidrat 45-65%, protein 10-15% dan lemak 20-25% serta
dengan jadwal yang teratur, jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dan jenis
makanan yang bervariasi. Pola makan yang baik dalam mengontrol berat badan dan
mencegah Prediabetes adalah makan dengan interval yang teratur, makan biji utuh
dan sayur (tinggi serat), kurangi porsi makan 25-30%, makan karbohidrat
kompleks (kentang,jagung), batasi karbohidrat sederhana (gula, Jus), dan
perbanyak minum air putih.
Selain pola
makan yang sehat, latihan fisik secara teratur dan terus menerus sangat
bermanfaat untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah, meningkatkan fungsi
jantung dan pernafasan,menurunkan berat badan dan meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Physical Activity Guidelines
Advisory Committee USA menjelaskan aktivitas fisik yang dianjurkan untuk
mengontrol glukosa darah adalah aktivitas dengan intensitas sedang selama 150
menit per minggu atau intensitas tinggi selama 75 menit perminggu.
Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa resiko kejadian Diabetes ini meningkat pada mereka yang
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit Diabetes. Namun hal ini tidak berarti
bahwa keturunannya akan mengalami kejadian Diabetes, karena hal tersebut dapat
dicegah dengan penerapan pola hidup sehat seperti hal tersebut di atas.
Komentar
Posting Komentar