WASPADA PREDIABETES SEBELUM DIABETES



(Part I)
Dikenal dimasyarakat dengan istilah penyakit gula, Diabetes mellitus (DM) atau Diabetes. Prediabetes dan diabetes adalah dua hal yang berbeda namun merupakan rangkaian tahap pathogenesis penyakit. Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan karena adanya ganguan metabolisme tubuh yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang menyebabkan penurunan beberapa fungsi seperti pankreas, hati,  jantung, dan organ lainnya. Pada penderita dalam proses pencernaan makanan menjadi energi. Gangguan pada metabolisme karbohidrat mengakibatkan peningkatan glukosa dalam darah. Dalam kondisi normal dengan bantuan hormon insulin yang dihasilkan sel beta pankreas tubuh menyerap glukosa dan menggunakannya untuk energi. Peningkatan Kadar glukosa darah setelah makan memicu pankreas untuk melepaskan insulin, Dalam pankreas, kelompok sel yang disebut pulau langerhans yang mengandung sel-sel beta memproduksi insulin dan melepaskannya ke dalam darah.
Penyakit Diabetes ini terjadi ketika tubuh tidak membuat cukup insulin atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif, atau keduanya dan mengakibatkan terjadinya penumpukan glukosa dalam darah karena tidak dapat diserap oleh tubuh. Sel-sel tubuh kemudian mengalami kekurangan energi meskipun kadar glukosa darah tinggi. Oleh Krikorian  et al (2016) menyatakan seiring waktu, tingginya glukosa darah mengakibatkan  kerusakan saraf dan pembuluh darah, yang menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, penyakit gigi, dan amputasi. komplikasi lain dari diabetes mungkin termasuk peningkatan kerentanan penyakit lain, kehilangan mobilitas dengan penuaan, depresi, dan masalah kehamilan, karena itu penyakit diabetes dikategorikan juga sebagai penyakit sistemik, karena salah satunya menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi sistemik pada organ lain.
Sedangkan Prediabetes sendiri merujuk pada istilah yang menggambarkan sebuah kondisi dimana tubuh mulai menunjukkan resiko kejadian diabetes yang ditunjukkan dengan perubahan kadar glukosa darah yang tidak stabil. Prediabetes adalah suatu kondisi dimana glukosa darah atau tingkat A1C mencerminkan tingkat rata-rata glukosa darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk diagnosis diabetes. Menurut the American Diabetes Association and US Department of Health and Human Services, Prediabetes adalah suatu tahapan dimana kadar glukosa diatas normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah untuk diagnosis diabetes. Kondisi ini mencakup Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan ataupun Glukosa Puasa Terganggu (GPT). American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan Prediabetes sebagai GPT yaitu:
1.    Kadar glukosa puasa 100 mg/dl (5,6 mmol/L) – 125 mg/dl (7,0 mmol/L)
2.    Kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa 75 gram 140-199 mg/dl (7,8 – 11 mmol/L) yang sering disebut dengan TG.
10
 
Menurut Consensus of Management and Prevention of Diabetes Mellitus Type- 2 di Indonesia,yang dilakukan oleh Indonesian Society for Endocrinologist, Penegakan diagnosis pasien dengan keluhan diabetes klasik, jika setelah dua kali uji dari satu kali glukosa darah dan glukosa darah puasa, kita mendapatkan hasil yang meragukan (diatas normal, tetapi tidak sampai pada kriteria diabetes), pasien akan diminta untuk melakukan tes beban OGTT (Uji Glukosa Toleransi Oral).  Bila hasil darah dua jam beban glukosa pasca glukosa 140 - 199 mg / dL pasien akan dimasukkan dalam kriteria toleransi glukosa terganggu  (Rusdianto et al.,  2011).

Penyebab Diabetes
Penyebab pasti Prediabetes tidak diketahui, meskipun para peneliti telah mengkaji dan menemukan ada beberapa gen yang terkait dengan resistensi insulin. Kelebihan lemak terutama lemak bagian perut dan tidak beraktivitas(memiliki aktivitas fisik yang minim) juga tampaknya menjadi faktor penting dalam perkembangan kejadian Prediabetes pada seseorang. Seseorang dengan Prediabetes telah mengalami gangguan penyerapan dan pengolahan metabolisme glukosa didalam tubuh. Hal ini menyebabkan glukosa dalam aliran darah lebih banyak dari pada glukosa yang melakukan fungsi yang normal yaitu memicu sel untuk membentuk otot-otot dan jaringan lain. Sebagian besar glukosa dalam tubuh berasal dari makanan yang kita makan, khususnya makanan yang mengandung karbohidrat. Mengapa karbohidrat karena susunan rantai kimia glukosa atau gula (C, H, O) itu adalah karbohidrat. Jadi mengkonsumsi bahan pangan karbohidrat dengan kadar gula tinggi sama  dengan mengkonsumsi gula. Seperti yang diketahui bahwa karbohidrat adalah sumber energi utama yang digunakan tubuh untuk beraktivitas, oleh karena itu apabila intake karbohidrat tinggi dan aktivitas fisik kurang maka resiko kejadian diabetes pun semakin tinggi. Setiap makanan yang mengandung karbohidrat dapat mempengaruhi kadar gula darah, dan itu tidak hanya berlaku pada makanan manis, tapi semua pangan karbohidrat.
Selama pencernaan, glukosa memasuki aliran darah dan dengan bantuan insulin kemudian diserap ke dalam sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. Insulin adalah hormon yang berasal dari pankreas. Ketika kita makan, pankreas mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Insulin yang beredar merupakan sebuah kunci yang membuka pintu mikroskopis dan memungkinkan glukosa memasuki sel. Insulin menurunkan jumlah gula dalam aliran darah. Apabila tingkat gula darah turun, maka sekresi insulin dari pankreas juga akan berkurang. Pada penderita Prediabetes, proses ini mulai bekerja tidak normal. Glukosa darah akan meningkat akibat pankreas tidak membuat cukup insulin atau sel-sel menjadi resisten terhadap kerja insulin atau keduanya.
Prediabetes akan berkembang menjadi Diabetes Melitus type II bila tidak ditangani secara tepat. Diabetes Melitus terjadi jika telah ditemukan  penurunan kemampuan tubuh untuk memproduksi insulin dan atau kegagalan merespon insulin yang terjadi pada beberapa jaringan misalnya, otot rangka, jaringan adiposa dan hati. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi insulin dari pankreas untuk mengimbangi kerja insulin yang terganggu. Kondisi ini dikaitkan dengan penurunan fungsi sel beta yang mengarah pada pengembangan gangguan metabolisme glukosa dan berdampak pada tingginya glukosa darah melebihi batas toleransi yang kemudian dikenal dengan istilah diabetes mellitus (Bock  et al.,2006).

Kadar Insulin dan Kadar Glukosa Darah
Hormon Insulin dilepaskan untuk meningkatkan metabolisme glukosa di otot dan jaringan perifer. Kadar glukosa puasa tergantung pada produksi glukosa hepar (glikogenolisis dan glukoneogenesis), kadar insulin puasa dan sensitivitas insulin. Dalam keadaan normal insulin bekerja mempertahankan kadar glukosa plasma supaya selalu dalam batas normal (normoglikemia) saat puasa ataupun post prandial. Hipoglikemia tidak terjadi saat puasa karena hati memproduksi glukosa melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis, sebaliknya sesudah makan glukosa plasma tidak terlalu meningkat karena sel beta di pankreas menghasilkan insulin yang meningkatkan asupan glukosa pada otot dan jaringan adiposa.
Perjalanan menjadi diabetes melitus (Prediabetes) awalnya masih terjadi normoglikemia, pada tahap lanjut akan terjadi kenaikan kadar glukosa plasma puasa dan post prandial. Insulin yang disekresikan tidak efektif menghambat glukoneogenesis hati dan kemampuannya meningkatkan metabolisme glukosa di otot dan adiposa berkurang. Selain itu juga ditandai dengan gangguan respons fisiologi insulin terhadap metabolisme glukosa, lipid dan protein serta pengaruh terhadap fungsi endotel. Glucose transporter 2/GLUT-2 merupakan transporter glukosa yang terdapat terutama di hepar dan sel beta pancreas yang berespons cepat dalam menjaga kadar glukosa dalam plasma. Glucose transporter 4/GLUT 4 terdapat pada otot dan jaringan adiposa yang berperan dalam metabolisme glukosa. Gangguan transpor glukosa inilah yang tejadi pada pasien dengan resistensi insulin.Peningkatan insulin plasma (hiperinsulinemia) yang terjadi untuk mengompensasi resistensi insulin yang terjadi akan berefek pada sel beta pankreas dan akhirnya kelelahan sehingga tidak mampu menormalkan kadar glukosa menjadi normoglikemia lagi. Beberapa sumber menyebutkan pada tahap Prediabetes sebenarnya sudah mulai terjadi penurunan fungsi sel beta pankreas hingga 70%. Pada saat itu kadar glukosa plasma berkisar 100-125 mg/dL disebut sebagai glukosa darah puasa terganggu (GDPT) dan kadar glukosa plasma setelah pembebanan 75 gram glukosa 140-199 mg/dL disebut sebagat toleransi glukosa terganggu(TGT).
Peningkatan kadar glukosa plasma pada GDPT dan TGT diduga melibatkan mekanisme yang berbeda dalam patogenesisnya. Glukosa darah puasa terganggu dan TGT berbeda pada tingkat dan lokasi dominan terjadinya resistensi insulin. Individu dengan GDPT predominan mempunyai resistensi insulin di hepar tetapi normal sensitivitas insulin di otot. Sedangkan individu dengan TGT memiliki sensitivitas insulin hepar yang normal atau sedikit menurun dan resistensi insulin sedang sampai berat di otot. Pada subjek yang sekaligus mengalami GDPT dan TGT sudah terjadi resistensi insulin baik pada otot maupun hepar.
Setelah puasa 8-10 jam di hati akan terjadi glikogenolisis untuk mencegah hipoglikemia. Setelah itu insulin fase awal (3-5 menit) pertama akan berespons mensupresi glikogenolisis supaya mempertahankan darah dalam keadaan normoglikemia. Proses ini terganggu pada individu yang mengalami GDPT. Hal ini dapat menjelaskan bagaimana terjadinya peningkatan glukosa darah puasa pada GDPT. Respons insulin fase lambat (50- 120 menit) setelah post prandial normal pada GDPT, sehingga glukosa darah 2 jam setelah pembebanan 75 Gram glukosa oral normal. Respons sekresi insulin fase awal pada TGT juga terganggu dan setelah 2 jam pemberian glukosa oral sudah terjadi defek berat pada sekresi insulin fase lambat. Hal ini dapat menerangkan peningkatan glukosa plasma setelah 2 jam pembebanan glukosa oral tetapi peningkatannya belum bisa dikategorikan sebagai DM (Sumaryana. 2011).
Gejala Diabetes
Prediabetes tidak memiliki tanda-tanda atau gejala spesifik. Namun seringkali adanya suatu area kulit yang gelap, dimana kondisi itu disebut canthosis nigricans, diyakini sebagai salah satu dari beberapa tanda-tanda yang menunjukkan risiko untuk diabetes. Daerah umum yang mungkin akan terkena meliputi leher, ketiak, siku, lutut, dan buku-buku jari. Gejala klasik diabetes tipe 2 yang harus dipantau secara seksama meliputi: Peningkatan rasa haus, sering buang air kecil, kelelahan dan penglihatan kabur. Jadi apabila sudah melihat tanda-tanda tersebut sebaiknya masyarakat perlu waspada dengan cara penerapan pola hidup sehat dan tentu saja memeriksakan segala perubahan tersebut dengan tenaga kesehatan anda.

Penegakan Diagnosis Kejadian Penyakit Diabetes
The American Diabetes Association, the European Association for the Study of Diabetes dan the International Diabetes Federation merekomendasikan bahwa tes untuk menegakkan diagnosis Prediabetes meliputi:
1.    Hemoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi. A1C adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir. Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel dan kadang-kadang bergabung dengan glukosa dalam aliran darah. Juga disebut hemoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi, tes ini menunjukkan jumlah glukosa yang menempel pada sel darah merah, yang proporsional dengan jumlah glukosa dalam darah. Nilai A1C antara 6 dan 6,5 persen dianggap Prediabetes. Sedangkan bila level 6,5 persen atau lebih tinggi pada dua tes berbeda menunjukkan diabetes. Kondisi tertentu dapat membuat tes A1C tidak akurat  seperti jika sedang hamil atau memiliki varian hemoglobin. HbA1c telah direkomendasikan oleh ADA sebagai pilihan untuk mendiagnosis diabetes (> 6,5%) dan juga untuk mendeteksi peningkatan risiko penyakit diabetes atau Prediabetes  (5,7 – 6,4%).
2.    Tes gula darah puasa. Contoh darah akan diambil setelah berpuasa selama sedikitnya delapan jam atau semalam. Dengan tes ini, tingkat gula darah yang lebih rendah dari 100 mg / dL  atau 5,6 mmol / L adalah normal, tingkat gula darah 100-125 mg / dL (5,6-6,9 mmol / L) dianggap Prediabetes atau disebut sebagai glukosa puasa terganggu (GPT). Apabila kadar gula darah 126 mg / dL (7.0 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus.
3.    Oral Glucose Tolerence Test dilakukan setelah pemeriksaan glukosa darah puasa. Individu yang akan diperiksa diminta untuk mengkonsumsi tinggi gula terlebih dahulu untuk mengubah kadar glukosa dalam darah. Setelah dua jam pasca pembebanan pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dilakukan. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan melalui pembuluh darah perifer, hasil pemeriksaan dikatakan normal jika kadar glukosa darah kurang dari 140 mg/dl, Prediabetes jika kadar glukosa darah antara 140-199 mg/dl, dan diabetes jika kadar glukosa darah 200 mg/dl atau lebih (Rokert et al., 2014).
Sebaiknya dalam membaca hasil pengujian kadar glukosa darah anda dibantu dengan tenaga medis, agar informasi yang anda dapatkan lebih jelas dan mudah dipahami. Selain itu dapat membantu anda untuk mendeteksi resiko penyakit lain, sebagai komplikasi dari kejadian penyakit Diabetes itu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Audit, Sertifikasi, dan Akreditas apa Bedanya?

Mengenal Tentang MUN "Model United Nations"

MENTAL BLOCK