INFEKSI MENULAR SEKSUAL (SIFFILIS/Syphilis)
Let's Know about Syphilis
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit kelamin
yaitu gambaran umum kumpulan penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seksual atau hubungan kelamin. Sebelum dikenal sebagai IMS, jenis
penyakit ini sudah cukup lama dikenal dengan sebutan penyakit kelamin (venereal
disease),dimana kata tersebut diasosiasikan dari kata venus (dewi cinta).
Saat ini penyakit kelamin yang umum dikenal adalah sifilis (syphilis)
dan gonore (gonorrhea), sedangkan istilah IMS baru dikenal setelah
ditemukannya jenis penyakit kelamin selain kedua jenis diatas. IMS dikenal pula
dengan sebutan Penyakit Akibat Hubungan Seksual (PHS) atau Sexually
Transmitted Disease (STD) (Dirjen PP & PL Kemenkes, 2014).
Umumnya setiap orang yang sudah dan telah aktif secara
seksual dapat tertular IMS. Namun yang harus diwaspadai adalah kelompok
beresiko tinggi terkena IMS yaitu orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual.
Orang yang mengidap IMS memiliki resiko yang lebih besar untuk terinfeksi berbagai
macam penyakit menular seksual termasuk Human
Immunodeficiency Syndrome (HIV). Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi
Saluran Reproduksi (ISR) merupakan satu di antara penyebab penyakit utama di
dunia dan telah memberikan dampak luas pada masalah kesehatan berupa kesakitan
dan kematian, masalah sosial dan ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Menurut World
Health Organization (WHO) memperkirakan 340 juta kasus baru Penyakit menular
seksual (Sifilis, Gonore, Klamidia dan Trikhomonas) terjadi setiap
tahunnya didunia. Di negara-negara berkembang, komplikasi akibat infeksi
menular seksual diperingkat lima teratas kategori penyakit lain yang
membutuhkan perawatan. Infeksi dengan IMS dapat menyebabkan gejala akut,
infeksi kronik, infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher rahim dan
kematian mendadak bayi dan orang dewasa (BKKBN, Depkes RI, USAID, 2012 pada
Agustina, 2013).
Penyakit siffilis adalah salah satu dari banyak penyakit yang
umum terjadi dalam kejadian penularan kasus infeski menular seksual. Teori
utama yang menjelaskan asal-usul penyakit ini yaitu "Columbian atau New World
Theory' dan "Unitarian atau African Theory". Menurut Columbian atau New World Theory,
penyakit ini belum dikenal di Eropa sebelum tahun 1492. Pada tahun ini Christopher
Columbus melakukan suatu pelayaran bersejarah dengan melintasi lautan Atlantik.
Para pelautnya dikatakan telah dijangkiti penyakit sifils oleh wanita-wanita setempat
di pulau Hispaniola di Hindia Barat. Pada pelayaran kembali ke Eropa penyakit
ini terus berkembang dengan gejala-gejala berupa bercak-bercak berwarna merah
tembaga pada setiap penderita yang disebut Indian Measles. Sesudah tahun 1493
timbullah epidemi penyakit ini di seluruh Eropa. Sedangkan, menurut Unitarian
atau African Theory, penyakit sifilis sudah ada sejak berabad-abad
sebelumnya. Penyakit ini kemudian menyebar dengan adanya perpindahan penduduk
dan perdagangan budak kenegaraan Amerika. Dengan adanya perbedaan udara di
Afrika yang panas dengan negara-negara Amerika yang berhawa dingin, maka
kuman-kuman penyakit sifilis menyesuaikan diri dengan berpindah ke bagian badan
yang panas yaitu di sekitas alat genital (kemaluan). Dan akibatnya penyakit ini
lalu menjadi penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin (Depkes, 2007
Pada Farit Rezal, 2012).
Disebut sifilis karena adanya suatu sajak yang ditulis
pada tahun 1530. Pengarangnya bernama Fracastoro, seorang dokter yang juga
seorang ahli sajak yang hidup di Verona, Italia. Sajak tersebut diberi nama
"Sifilis", menceritakan seorang penggembala babi yang bernama Sifilis
yang dikutuk oleh Dewa Apollo. Kutukannya berupa penyakit yang tanda-tandanya
hampir mirip dengan penyakit baru yang sedang melanda negara Itali. Akhirnya
nama sifilis diterapkan begitu saja pada penyakit tersebut dan nama itu
digunakan sampai dengan sekarang. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa nama
ini kemungkinan berasal dari bahasa Yunani yaitu "Siphilos" yang
berarti timpang/pincang.
Sifilis disebut juga dengan "lues atau raja
singa". Termasuk dalam tipe bakterial. Penyebab penyakit ini adalah Treponema
pallidum, yaitu suatu kuman yang berbentuk spiral dan dapat bergerak dengan
sangat lincah, yang diserang oleh penyakit ini adalah semua organ tubuh, sehingga
cairan tubuh mengandung treponema pallidum.
Klasifikasi Sifilis ada 2 yaitu:
sifilis dini infeksius (early infectious syphilis) yang meliputi stadia
primer dan sekunder bersama dengan infeksi dini asimtomatik, dan sifilis
lanjut (late syphilis) yang meliputi semua manifestasi yang
terjadi sesudah lebih dari 2 tahun dari infeksi.
Cara penularan yang paling umum
adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan nonseksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan
oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang
tidak terinfeksi. Penyakit ini dapat diderita secara kongenital akibat kuman
dapat menembus barier plasenta dan masuk ke dalam tubuh janin (Lochland, 1987).
Gejala pada fase awal, penyakit ini
menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang
biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang
lain. Jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat
meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok
dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh (Anonim, 2011 Padada Farit Rezal.
2012)
Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin,
khususnya penisilin yang berjenis natur (long acting and short acting). Prinsip
pengobatannya ialah kadar obat harus lama bertahan di dalam darah yaitu selama
1-14 hari. Namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat
diperbaiki. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi, jika
tidak diobati sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata,
sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seseorang yang
sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV akan meningkat
karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Pencegahannya adalah tidak melakukan hubungan seks secara
vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi. Kondom dapat mengurangi
tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks.
Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui
luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan
luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan
untuk memperkecil resiko penularan. Penerapan pola hidup bersih dan sehat,
serta dapat membantu mengurangi tingkat keparahan serta resiko tertular.
Berusaha bersikap setia pada pasangan juga merupakan salah satu tindakan
pencegahan yang mampu menjaga agar tidak tertular kejadian penakit siffilis.
Komentar
Posting Komentar