Mengenal tentang Tindakan Operasi Sesar (Seksio saesarea/Seksio saesaria/Caesar Operation/SC)
disusun Oleh :
M. Rekar Sudirman
Seksio
saesarea atau Seksio saesaria adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009).
Seksio saesaria adalah pengeluaran janin melalui insisi
abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin
atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu
tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan
disproporsi sefalopelvis janin dan
ibu.
Seksio saesaria adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak
mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus kehamilan abdomen (Williams, 2005).
Seksio saesaria dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk seksio
saesaria biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih
anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi
untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi (Muttaqin,
2010).
Seksio saesaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan
di bawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban di lahirkan melalui
insisi dinding abdomendan uterus. Prosedur ini biasanya di lakukan setelah
viabilitas tercapai (missal usia kehamilan lebih dari 24 minggu)( Myles, 2011).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Seksio saesaria adalah pengeluaran
janin melalui insisi pada dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi
ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin yang
dapat menyebabkan kegagalan lahir ataupun kematian bagi keduanya. Sebagian
kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta
previa, diabetes ibu, ukuran bayi terlalu besar dan disproporsi sefalopelvis
janin dan ibu.
Pembedahan
Seksio
saesaria professional
yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 Seksio
saesaria jarang
dikerjakan dan biasanya Fatal. Di London dan Edinburgh pada tahun 1877, dari 35
pembedahan Saesaria
terdapat 33 kematian ibu. Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali
pembedahan caesarea di Amerika Serikat. Angka mortalitasnya 52% yang terutama
disebabkan oleh infeksi dan perdarahan (Hakimi, 2010).
1. Jenis-Jenis
Seksio saesaria
a. Seksio saesaria transperitonealis profunda
Sectio caesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah sebagai berikut:
1) Pendarahan luka insisi tidak
seberapa banyak.
2) Bahaya peritonitis tidak besar.
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga
bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus hingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b.
Sectio
saeacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada
cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak
mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda.
Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
c.
Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d.
Section caesarea
Hysteroctomi
Setelah seksio saesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
4) Infeksi intra uteri berat
2.
Etiologi Secio Saesaria
Manuaba
(2002) indikasi ibu dilakukan seksio
saesaria adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor seksio saesaria diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab seksio saesaria sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi
dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak
selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya
kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi),
sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan
defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
d) Letak Sungsang
Letak
sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa
jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin,
2002).
3.
Patofisiologi
Seksio Caesaria atau saesaria (SC) merupakan tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat di atas 500 gram
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan
ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi pasca
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi pasca de entris bagi kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip
steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Sebelum
dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti
yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk
dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko
terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi.
4.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada
ibu SC adalah :
a. Infeksi
puerperial :
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
1)
Ringan,
dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
2)
Sedang,
suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
3)
Berat,
peritonealis, sepsis dan usus paralitik
b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa
terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka
atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara
lain luka kandung kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
d. Kurang kuatnya parut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
5.
Prognosis
a.
Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika
dan persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh
lebih aman dari pada dahulu.
b.
Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik
dan tenaga yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi
morbiditas pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.
c.
Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan seksio saesaria.
Menurut statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan
intranatal yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7%.
6.
Adaptasi atau perubahan
Perubahan fisiologis pada pasca op seksio
saesaria indikasi ketuban pecah dini menurut Long B.C (1996), meliputi :
a.
Pengaruh anestesi pada pasca
op seksio saesaria
Pada
jam pertama setelah anestesi merupakan waktu yang potensial berbahaya bagi ibu
karena ada beberapa masalah yangn timbul dan pengaruh anestesi seperti sumbatan
pada jalan nafas diikuti sianosis dan henti jantung yang disebabkan karena
lidah jatuh ke bawah atau ke belakang menutupi faring, terjadi gangguan
eliminasi yang disebabkan karena adanya penurunan peristaltik usus selama 24
jam, setelah pembedahan daerah pelvis atau abdomen akan berlangsung beberapa
hari, konstipasi dapat disebabkan karena kurang aktivitas, tidak adekuatnya
intake bahan makanan yang mengandung serat. Pengaruh anestesi juga dapat
menyebabkan kebutuhan nutrisi terganggu.
b.
Luka pasca op seksio
saesaria
Luka pasca op seksio saesaria
dapat menimbulkan masalah seperti nyeri. Rasa nyeri timbul setelah operasi
karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan, terputusnya jaringan juga dapat
terjadi akibat stimulus ujung syaraf oleh karena bahan kimia yang dilepas pada
saat operasi atau iskemi jaringan akibat gangguan suplai darah ke salah satu
bagian tubuh sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan aktivitas dapat
terganggu. Pada luka juga dapat menyebabkan perdarahan yang disebabkan karena
terputusnya jaringan dan terbuka, sehingga dapatmenimbulkan defisit volume
cairan, Hemoglobin
berkurang, daya tahan tubuh menurun dan dapat menimbulkan infeksi pada luka pasca
op.
c.
Perubahan pada korpus uteri
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah kelahiran bayi tersebut disebut involusio. Dalam 12 jam
setelah persalinan, fundus uteri berada kira-kira 1 cm di atas umbilicus, 6
hari pasca partum ± 2
jari di bawah pusat dan uterus tidak teraba setelah 10-12 hari pasca partum.
Peningkatan kontraksi uteri segera setelah persalinan yang merupakan respon
untuk mengurangi volume intra uteri.
Pada uteri terdapat pelepasan plasenta
sebesar telapak tangan, tempat pelepasan plasenta belum sempurna sampai 6
minggu pasca partum, uterus mengeluarkan cairan melalui vagina yang disebut
lochea. Pada hari pertama dan kedua cairan berwarna merah disebut lochea rubra,
setelah satu minggu lochea berwarna kuning disebut lochea serosa, dan dua
minggu setelah persalinan cairan berwarna putih disebut lochea alba.
d.
Perdarahan pada servik
Bagian
atas servik sampai segmen bawah uteri menjadi sedikit edema, indo servik
menjadi lembut, terlihat memar dan terkoyak yang memungkinkan terjadinya
infekasi.
e.
Vagina dan perineum
Dinding vagina yang licin secara
berangsur-angsur ukuranya akan kembali normal selam 6 sampai 8 minggu pasca
partum.
f.
Payudara
Sekresi dan ekskresi kolostrum berlangsung
beberapa hari setelah persalinan. Pada hari ke tiga dan ke empat pasca partum
payudara menjadi penuh dan tegang, keras, tetapi setelah proses laktasi dimulai
payudara terasa lebih nyaman, jadi itu perlu adanya sistem rooming in.
g.
Sistem kardiovaskuler
Volume darah cenderung menurun akibat
perdarahan pasca op, suhu badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6-8 jam
pertama pasca partum umunya ditemukan bradikardi. Keadaan pernafasan berubah
akibat dari anestesi.
h.
Sistem endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin
selama masa nifas yaitu : hormone plasenta yang menurun dengan cepat setelah
persalinan. Keadaan hormone plasenta laktogen (HPL ) merupakan keadaan yang
tidak terdeteksi selama 24 jam, keadaan estrogen dalam plasenta menurun sampai
10% dari nilai ketika hamil dalam waktu 3 jam setelah persalinan. Pada hari ke
tujuh keadaan progesteron dalam plasenta menurun sampai dibawah nilai lutheal
pertama. Pada hormone pituitary keadaan prolaktin pada darah meninggi dengan
cepat pada kehamilan. Pada ibu yang tidak laktasi prolaktin akan turun danmencapai
keadaan seperti sebelum kehamilan dalam waktu dua minggu.
i.
Sistem integumen
Strial yang diakibatkan karena regangan kulit
abdomen mungkin akan tetap bertahan lama setelah persalinan tetapi akan
menghilang. Bila terdapat kloasma biasanya akan memutih dan kelamaan akan
menghilang.
j.
Sistem urinari
Fungsi ginjal akan normal dalam beberaa bulan
setelah persalinan, pada klien yang terpasang kateter kemungkinan akan terjadi
infeksi pada saluran perkemihan.
k.
Sistem gastrointestinal
Gangguan nutrisi terjadi 24 jam setelah pasca
partum sebagai akibat dari pembedahan dengan anestesi general yang
mengakibatkan tonus otot saluran pencernaan akan lebih lama berada dalam
saluran makan akibat pembesaran rahim.
l.
Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis dibagi atas :
1)
Fasetaking in (Fase
Dependen)
a)
Selama 1 - 2 hari pertama,
dependensi sangat dominan pada ibu dan ibu lebih memfokuskan pada dirinya
sendiri.
b) Beberapa
hari setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dalam tanggung jawab
sebagai seorang ibu dan ia lebih mempercayakan
kepada orang lain dan ibu akan lebih meningkatkan kebutuhan akan
nutrisi dan istirahat.
c) Menunjukkan
kegembiraan yang sangat, misalnya menceritakan tentang pengalaman
kehamilan, melahirkan dan rasa ketidak nyamanan.
2)
Fase taking hold
(Fase Independen)
a)
Ibu sudah malu menunjukkan
perluasan fokus perhatiannya yaitu dengan memperlihatkan bayinya.
b)
Ibu mulai tertarik melakukan
pemeliharaan pada bayinya.
c)
Ibu mulai terbuka
untukmenerima pendidikan kesehatan bagi diri dan bayinya.
3)
Fase letting go (Fase
Interdependen)
a)
Fase ini merupakan suatu
kemajuan menuju peran baru.
b)
Ketidaktergantungan dalam
merawat diri dan bayinya lebih meningkat.
c)
Mengenal bahwa bayi terpisah
dari dirinya.
Tindakan
operasi saesar pada ibu sebaiknya perlu dipertimbangkan secara matang apabila
akan dilakukan tanpa adanya indikasi medis, karena hal tersebut juga
menimbulkan berbagai resiko pada ibu dan janin di masa depan. Persiapan yang
perlu dilakukan adalah persiapan fisik. mental, materi, serta berbagai hal yang
akan mempegaruhi keputusan pengambilan tindakan saesar pada Ibu. Dimana
keputusan ini adalah keputusan bersama yag dlakukan oleh ibu dan pasangannya.
Komentar
Posting Komentar