PENGGUNAAN PETA SPASIAL METODE SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) KEJADIAN KASUS MALARIA
Kali ini
kita akan membahas mengenai penggunaan sebaran peta spasial untuk
mengindentifkasi penyebaran kasus kejadian Malaria di salah satu desa di
Provinsi Sulawesi Selatan. Penggunaan peta spasial bukan lah sesuatu yang baru
dalam dunia kesehatan, namun belum banyak yang menggunakannya sebagai sebuah
data yang dapat membantu untuk mengidentifikasi dan menentukan lokasi pemutusan
mata rantai penularan kejadian ataupun wabah penyakit.
Pembahasan ini akan menyajikan analisis kejadian
malaria nyamuk Anopheles, dan
larva Anopheles dengan aplikasi
Sistem Informasi Geografis di Desa Bontosunggu yang dilaksanakan pada tahun 2013,
yakni pada musim pancaroba setelah musim hujan selasai.
Peta spasial kejadian
Malaria positif di Desa
Bontosunggu terdapat Puskesmas yang biasanya dijadikan rujukan bagi penderita malaria.
Berdasarkan data Dinkes
terdapat 232
kasus malaria klinis
di Desa Bontosunggu selama Tahun 2013. Hal ini perlu menjadi perhatian karena
di Kecamatan Bontosunggu
ternyata ditemukan penyakit malaria
yang selama ini belum adanya pengetahuan masyarakat tentang
penyakit malaria. Karena kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Bontosunggu terhadap penyakit malaria, masyarakat kurang
merespon terhadap gejala tersebut dan hanya menganggap gejala malaria seperti
menggigil, demam, dan berkeringat hanya
sebagai gejala demam biasa.
Dengan melihat hal ini kewaspadaan dini terhadap terjadinya
Malaria di Kecamatan bontosunggu sangat perlu
dilakukan. Salah satu solusinya adalah melakukan isolasi kepada penderita
pasien utamanya di
puskesmas yang terdapat pada Kecamatan-kecamatan
yang ditemukan kejadian malaria.
Selain itu perlu juga dilakukan srceening berkala bagi penderita carier
utamanya dari daerah-daerah endemis malaria.
1. Peta spasial
kejadian malaria di Desa Bontosunggu
Kabupaten Kepulauan Selayar

![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
Sumber: Arch view
GIS


Tabel 1
Distribusi Penderita
Malaria positif Malaria di Desa Bontosunggu
Kabupaten Kepulauan Selayar tahun 2013
Dusun
|
Kasus Malaria postif
|
Kasus malaria negatif
|
Total
|
Bontomanai
|
2
|
3
|
5
|
Padang Utara
|
1
|
6
|
7
|
Padang Selatan
|
0
|
5
|
5
|
Total
|
3
|
14
|
17
|
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 1 di atas Kejadian malaria positif dan
negatif berjumlah 17 kasus. Kasus malaria yang terjadi pada Dusun Bontomanai
sebanyak 2 kasus positif dan 3 kasus negatif, pada Dusun Padang utara sebanyak
1 kasus positif dan 6 kasus negatif, dan pada dusun padang selatan tidak
ditemukan kasus positif malaria.
2. Peta Keberadaan nyamuk Anopheles di Desa Bontosunggu Kabupaten kepulauan
Selayar
Peta spasial lokasi positif dan
negatif keberadaan nyamuk Anopheles
merupakan hasil/output pengolahan dan analisis data spasial dengan SIG yang
memberikan gambaran penyebaran positif dan negatif Nyamuk Anopheles setalah dilakukan
HLC di Desa Bontosunggu Kabupaten Kepulauan Selayar. Peta penyebaran
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

![]() |
Sumber: Archview GIS


Secara rinci distribusi positif dan negatif
nyamuk Anopheles yang ditemukan
dalam penelitian pada saat
penangkapan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi
Nyamuk Anopheles di Desa Bontosunggu
Kabupaten
Kepulauan Selayar
Tahun 2013
No
|
hari /titik HLC
|
Rumah 1
|
Rumah 2
|
Rumah 3
|
Jumlah
|
|||
(+)
|
Jenis
|
(+)
|
Jenis
|
(+)
|
jenis
|
|||
1
|
Hari/titik I
|
2
|
Subpictus
|
1
|
subpictus
|
6
|
-
|
9
|
2
|
Hari/titik II
|
1
|
Subpictus
|
2
|
subpictus
|
1
|
-
|
1
|
3
|
Hari/Titik III
|
6
|
Subpictus
|
1
|
subpictus
|
0
|
-
|
7
|
Total
|
13
|
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 3 di
atas menunjukkan bahwa
distribusi positif maupun negatif nyamuk Anopheles
yang ditangkap dengan umpan badan di dalam dan luar rumah di Desa
Bontosunggu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan
jumlah tangkapan
13 ekor nyamuk Anopheles, dengan waktu penangkapan 10 jam pada waktu malam hari yaitu antara pukul 19.00-05.00 WITA selama 3 hari serta
6 orang penangkap yang berada pada 3 titik penangkapan bahwa keberadaan
nyamuk pada titik/hari I memiliki jumlah terbanyak positif nyamuk Anopheles dewasa sebanyak 9 ekor, titik/hari
II sebanyak 4 ekor Anopheles, sedangkan
titik/hari III negatif Anopheles
dengan umpan orang dalam dan luar rumah.
3. Peta Spasial Larva Anopheles di Kecamatan
Bontosunggu.
Peta spasial lokasi positif dan
negatif larva Anopheles merupakan
hasil/output pengolahan dan analisis data spasial dengan SIG yang
memberikan gambaran penyebaran positif dan negatif Larva Anopheles pada Breeding site di Desa Bontosunggu
Kabupaten Kepulauan Selayar. Peta penyebaran tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut:
![]() |
Sumber: Archview
GIS


Secara rinci distribusi positif dan negatif Larva Anopheles yang ditemukan dalam penelitian pada
Breeding site dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4
Distribusi Larva Anopheles pada
Breeding site di Desa
Bontosunggu Kabupaten Kepulauan Selayar
Tahun 2013
No
|
Breedingsite
|
Positf Larva Anopheles
|
Negatif Larva Anopheles
|
1
|
Foot print
|
ü
|
-
|
2
|
Tambak I
|
ü
|
-
|
3
|
Tambak II
|
-
|
ü
|
4
|
Tambak III
|
-
|
ü
|
5
|
Tambak IV
|
-
|
ü
|
6
|
Tambak V
|
-
|
ü
|
7
|
Tambak VI
|
-
|
ü
|
8
|
Sungai I
|
ü
|
-
|
9
|
Sungai II
|
ü
|
-
|
10
|
Sumur
|
-
|
ü
|
11
|
Kubangan
|
ü
|
-
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 2 di atas positif Larva Anopheles
ditemukan pada Breeding site Foot print, tambak I, Sungai I, Sungai II, dan
kubangan. Negatif larva Anopheles
ditemukan pada Breeding site tambak II, tambak III , tambak IV, tambak V,
tambak VI dan sumur.
PEMBAHASAN
1. Peta Spasial Larva
Anopheles pada Ground Pool di Desa Bontosunggu
Peta spasial positif dan negatif Larva Anopheles pada Breeding site
merupakan gambaran wilayah/geografis berdasarkan lokasi/titik koordinat dengan
penggunaan alat GPS (Global Positioning
System) di Desa Bontosunggu
Kabupaten Kepulauan Selayar
Tahun 2013. Peta
penyebaran Larva Anopheles yang diduga sebagai positif Larva Anopheles ditemukan
11 titik. Desa Bontosunggu memang merupakan Desa terluas dan memiliki daratan yang luas dibanding Desa lainnya. Selain itu Desa Bontosunggu mempunyai BS terluas di Kecamatan
Bontosunggu. Berdasarkan data Desa Bontomanai memiliki
luas 7,33 Km. (Desa Bontosunggu, 2012).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa negatif larva Anopheles yang ditemukan sebanyak
5 titik larva Anopheles. Positif larva
Anopheles ditemukan sebanyak 6 titik larva Anopheles
berada pada Breeding site tambak, sungai, kubangan, dan foot print. Banyaknya jumlah positif Larva
Anopheles di
Desa Bontomanai karena Breeding site untuk perkembangbiakkan larva sangat baik. Hal ini memungkinkan populasi Anopheles pada Breeding site yang ditemukan di Desa Bontosunggu dapat berkembang biak
secara baik karena memiliki tempat perindukan yang banyak dan sangat baik untuk
berkembangbiaknya larva. Berbeda dengan desa lainnya, Breeding site tidak
ditemukan karena tempat untuk berkembangbiak larva anopheles tidak memungkinkan
dikarenanakan desa lainnya di kelilingi oleh laut dan tidak mempunyai kubangan,
sawah, ataupun tambak untuk berkembangbiak.
Hal ini sesuai dengan
penelitian Saleh (2008) di Makassar bahwa larva Anopheles
ditemukan hampir semua habitat yang berair kecuali di air payau yaitu
tipe breeding site seperti tambak, sungai,dan kubangan adalah tipe breeding
site yang disenangi oleh Larva Anopheles
untuk berkembangbiak.
2. Peta positif Nyamuk
Anopheles di Kecamatan Bontosunggu Kabupaten Kepulauan Selayar
keberadaan
nyamuk merupakan salah satu
faktor yang penting karena dapat
menentukan tinggi rendahnya kasus malaria maupun intensitas penularan. Tingginya populasi
vektor akan menentukan derajat kontak orang dan vektor yang infektif.
Dalam
penelitian ini terdapat 1 jenis nyamuk Anopheles dewasa yang
ditemukan diantara 24 jenis di Indonesia yang dapat menjadi inang dan
menularkan Plasmodium pada manusia. Jenis
nyamuk Anopheles yang ditemukan adalah
An. Subpictus. Untuk wilayah Indonesia timur
yang telah terbukti sebagai vektor
malaria adalah An. bancrofti, An. koliensis, An. farauti, An. subpictus,
An. barbirotris, An. sundaicus dan yang berpotensi sebagai vektor adalah An. vagus karena setelah dilakukan
pembedahan ditemukan ookista (Munif,
2004).
Hasil
penelitian ini menemukan bahwa jenis
nyamuk Anopheles yang ditemukan pada
lokasi penangkapan adalah spesies An.
subpictus dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 12. Hasil penelitian yang ditemukan pada penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia rachman (2011) di Pangkep
kepulauan yang menemukan bahwa An.
subpictus merupakan jenis Anopheles
paling dominan dan ditemukan disemua daerah penangkapan baik pada daerah
terdekat dari genangan air tawar seperti sungai, mata air dan rawa
maupun pada air asin seperti muara sungai dan tambak.
Berdasarkan data hasil
pencidukan larva Anopheles spp
disimpulkan bahwa dari tipe tempat perkembangbiakan Tambak, kubangan,
dan Sungai ditemukan positif larva Anopheles. Data
ini bila dibandingkan dengan hasil penangkapan nyamuk dewasa dengan menggunakan
metode Human Landing Colection (HLC)
diperoleh Positif nyamuk Anopheles
yang pembawa vektor malaria dominan adalah An. Subpictus . Hal ini menunjukkan
bahwa antara larva positif yang ditemukan pada saat pencidukan dan nyamuk
dewasa yang ditemukan positif berada pada sekitar daerah perkembangbiakan Larva
Anopheles.
Komentar
Posting Komentar